Rabu, 16 Desember 2015

contoh proposal PTK



Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia kelas IV dengan Penerapan Strategi Unjuk Tutur (Show and Tell)  di SDI Alyasini Desa Areng Areng Kecamatan Wonorejo Kabupaten Pasuruan
Oleh :
Rachmatul Amaliyah EkaPutri
(4A PGMI / D07213028)
A.    Latar Belakang
Siswa dan siswi sekolah dasar merupakan generasi generasi yang akan berperan aktif di masa depan oleh karena itu, mereka membutuhkan keterampilan yang akan membantu mereka menjadi orang yang berguna di masyarakat yang akan datang. Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa dan siswi sekolah dasar, karena keterampilan tersebut dibutuhkan dalam rangka berinteraksi dan berkomunikasi pada lingkungan sosial . Kebutuhan anak di masa sekarang dan di masa yang akan datang menunjukkan perlunya program pembelajaran yang dapat membekali anak didik secara mandiri, cerdas, kritis, rasional, dan kreatif.
Terkait akan keterampilan berbicara tersebut juga sangat berperan untuk pembelajaran aktif pada dewasa ini karena, Pembelajaran pada dewasa ini tidak hanya kegiatan yang berupa guru menjelaskan teori atau memberikan ulasan materi dan peserta didik sebagai pendengar setia. Pembelajaran pada saat ini cenderung dengan pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan aktif. Guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif sehingga tidak hanya menggunakan metode ceramah, selain itu siswa diharapkan dapat mendominasi kelas dengan baik (student center) . Menurut Gegne dan Brigs pembelajaran adalah suatu rangkaian (kejadian, peristiwa, dan kondisi) yang secara sengaja dirancang untuk mempengaruhi peserta didik.[1] Pembelajaran aktif secara sederhana didefinisikan sebagai metode pengajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran aktif mengkondisikan agar siswa selalu melakukan pengalaman belajar yang bermakna dan senantiasa berpikir tentang apa yang dapat dilakukan selama pembelajaran.[2] Sebagaimana dari uraian Pembelajaran Aktif, maka keterampilan berbicara sangat dibutuhkan.
Berbicara sendiri merupakan proses berbahasa lisan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan, merefleksikan pengalaman, dan berbagi informasi. Ide merupakan esensi dari apa yang kita bicarakan dan kata kata adalah bentuk ekspresi. Oleh karena itu berbicara merupakan proses yang kompleks karena melibatkan berpikir, bahasa, dan keterampilan sosial.[3] Berbicara membantu mereka menemukan pengalaman belajar dan penyerapan materi pembelajaran dengan baik dari proses berinteraksi dan berkomunikasi. Sebagaimana hasil riset dari National Training Laboratories di Bethel, Maine (1954), Amerika Serikat menunjukkan bahwa dalam kelompok pembelajaran berbasis guru (teacher-center) mulai dari ceramah, tugas membaca, presentasi guru dengan audiovisual dan bahkan demonstrasi oleh guru peserta didik hanya dapat mengingat materi pembelajaran maksimal sebesar 30%. Dalam pembelajaran dengan metode diskusi yang tidak didominasi oleh guru (bukan diskusi kelas, Whole class discussion, dan guru sebagai pemimpin diskusi), peserta didik hanya dapat mengingat sebanyak 50%. Jika peserta didik diberi kesempatan melakukan sesuatu (doing something) baik itu menyampaikan pengalaman atau berupa eksperimen mereka dapat mengingat sebanyak 75%.[4] Dari hasil riset tersebut dapat disimpulkan bahwa penyerapan peserta didik terhadap materi dapat meningkat jika ia diberi kesempatan menyampaikan dan melakukannya.
 Banyak sekali manfaat yang diperoleh dari keterampilan berbicara siswa yang baik, itulah sebabnya keterampilan berbicara merupakan hal penting yang perlu dikuasai siswa bahkan sejak sekolah dasar. Berbicara merupakan salah satu pengembangan kemampuan anak dalam bidang bahasa tapi sangat membantu peserta didik dalam proses mencari pengalaman belajar serta proses pembelajaran aktif. Tetapi kenyataannya yang ada menunjukkan masih banyak peserta didik yang belum mempunyai atau menguasai kemampuan berbicara yang baik. Seperti yang terjadi pada siswa kelas IV SDI Alyasini, kemampuan untuk aktif berbicara dalam kegiatan pembelajaran masih dinilai sangat kurang. Banyak siswa yang belum mempunyai keberanian dalam berkomunikasi atau berbicara di depan kelas.
Hal ini terlihat dari proses pembelajaran, pembelajaran yang ada masih berpusat pada guru sehingga belum menunjukkan tanda tanda siswa yang aktif. Misalnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia mengenai bercerita pengalaman dari 19 jumlah siswa, hanya ada 4 orang siswa yang dapat berbicara di depan kelas untuk bercerita dengan lumayan baik.[5] Kondisi ini menjadi masalah tersendiri bagi guru dalam kegiatan pembelajaran.

SDI Alyasini terletak di Desa Areng-areng, Kecamatan Wonorejo, Kabupaten Pasuruan. SDI Alyasini yang baru berdiri pada tahun 2000 yang tergabung dalam yayasan Pondok Pesantren Terpadu Miftahul Ulum Alyasini ini sebenarnya belom memiliki fasilitas yang cukup memadai. SDI Alyasini ini hanya mempunyai fasilitas berupa ruang kantor, ruang kelas, dan perpustakaan kecil, selain itu tenaga pendidik kebanyakan berasal dari santri lulusan pondok pesantren sendiri yang mengabdikan diri ikut mengajar sambil melanjutkan kuliah di yayasan yang sama meskipun beberapa guru juga merupakan lulusan dari Perguruan Tinggi Negeri.
Pada proses pembelajaran yang ada pada kelas II rata rata guru masih menggunakan metode ceramah secara aktif sehingga pembelajaran aktif dengan siswa yang diharapkan lebig aktif tidak dapat terlihat dengan baik. Selain itu kurangnya inovasi dan media yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran menyebabkan pembelajaran kurang menarik minat siswa dan kurang menyenangkan sehingga siswa cenderung jenuh. Tidak adanya kegiatan atau strategi pembelajaran yang digunakan guru untuk merangsang keaktifan siswa dalam berbicara seperti presentasi, performance, dan lain lain juga menjadi penghambat dari kurangnya kemampuan siswa dalam berbicara, meskipun beberapa guru juga menerapkan model pembelajaran berkelompok tetapi hal tersebut tidak didampingi oleh guru secara maksimal sehingga kegiatan tersebut tidak berpengaruh mendasar kepada siswa.
Menurut Sadjaah dan Sukarja ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kemampuan keterampilan berbicara anak, yaitu :[6]
1.      Faktor psikologis
Faktor ini menyangkut intelegensi, minat akan apa yang dilihat, dirasakan, dikehendaki didengar, dan perlu dikemukakan kepada orang lain. Maka dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh SDI Alyasini kurang dapat menarik minat siswa dan kurang dapat merangsang siswa untuk aktif berbicara dengan baik. Serta kurangnya media pembelajaran yang digunakan guru padahal media merupakan unsur penting dalam proses kegiatan pembelajaran untuk menarik perhatian siswa dan memberikan stimulus yang memudahkan siswa dalam memahami materi yang diajarkan.[7]
2.      Faktor fisiologis
Faktor ini menyangkut ketajaman pendengaran, susunan saraf yang berfungsi dengan baik untuk mengendalikan alat berbicara dan keadaan alat berbicara yang baik. Pada faktor ini tidak ditemukan pada siswa di SDI Alyasini karena tidak ada siswa yang berkebutuhan khusus.
3.      Faktor lingkungan atau Internal
Faktor ini menyangkut keterlibatan orang orang yang berbicara di lingkungan. Faktor internal ini menyangkut keluarga keluarga, ketika di rumah, orangtuanya tidak melatih anaknya untuk membaca. Padahal orangtua memiliki tanggung jawab pendidikan terhadap anak, salah satunya adalah mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi kehidupannya kelak, sehingga bila ia telah dewasa mampu berdiri sendiri dan membantu orang lain. Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Sekolah hanyalah pembantu kelanjutan pendidikan dalam keluarga, sebab pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak adalah dalam keluarga.
      Untuk berusaha mengatasi permasalahan diatas, diperlukan metode atau strategi yang tepat dalam proses pembelajaran. Maka dari itu peneliti akan mencoba untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan strategi Unjuk Tutur (Show and Tell).
      Sebenarnya banyak metode dan strategi yang bisa digunakan untuk meningkatkan kemampuan anak dalam aktif berbicara, namun disini peneliti tetap memilih untuk menggunakan strategi Unjuk Tutur (Show and Tell) karena melihat dari faktor masalah yang ada, Strategi ini termasuk dalam pembelajaran aktif serta tidak membutuhkan media yang rumit dan strategi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi anak secara indvidual.[8]
Berdasarkan permasalahan di atas, menjadi pendorong utama bagi peneliti untuk melakukan penelitian tentang “Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia kelas IV dengan Penerapan Strategi Unjuk Tutur (Show and Tell)  di SDI Alyasini Desa Areng Areng Kecamatan Wonorejo Kabupaten Pasuruan
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas ,maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.      Bagaimana menerapkan strategi Unjuk Tutur (Show and Tell) pada siswa dan siswa kelas IV SDI Al yasini Desa Areng – areng Kecamatan Wonorejo Kabupaten Pasuruan ?
2.      Bagaimana hasil yang didapat dari penerapan Strategi Unjuk Tutur (Show and Tell) pada siswa dan siswa kelas IV SDI Al yasini Desa Areng – areng Kecamatan Wonorejo Kabupaten Pasuruan ?
C.     Tujuan
Maka dari rumusan masalah tersebut tujuan dari penelitian ini adalah :
1.      Mengetahui penerapan Strategi Unjuk Tutur (Show and Tell) pada siswa dan siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas IV di SDI Al yasini Desa Areng – areng Kecamatan Wonorejo Kabupaten Pasuruan.
2.      Mengetahui hasil penerapan dari Strategi Unjuk Tutur (Show and Tell) pada siswa dan siswa pembelajaran Bahasa Indonesia kelas IV di SDI Al yasini Desa Areng – areng Kecamatan Wonorejo Kabupaten Pasuruan


[1] Husamah, Desan Pembelajaran berbasis kompetensi, (Jakarta : Prestasi Pustaka, 2013), hlm. 99.
[2] Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta : Kencana Prenada Group, 2009), hlm. 27.
[3] Suryanto, Keterampilan Berbicara : Dasar-dasar dan Teknik Pengajarannya, (Surakarta : Universitas Sebelas Maret, 1983), hlm. 5
[4] Warsono, Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 12.
[5] Berdasarkan hasil pengamatan pada SDI Alyasini kelas 2
[6] Suryanto, Keterampilan Berbicara : Dasar-dasar dan Teknik Pengajarannya, (Surakarta : Universitas Sebelas Maret, 1983), hlm. 11

[7] Utomo Dananjaya, Media Pembelajaran Aktif, (Bandung : Nuansa cendekia, 2013), hlm. 103
[8] Roy Watson, Strategi Pengajaran Kreatif, (Jakarta : Esensi Erlangga Group, 2012), hlm. 58

Tidak ada komentar:

Posting Komentar