Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas IV dengan Penerapan Strategi Unjuk Tutur (Show and
Tell) di SDI Alyasini Desa Areng
Areng Kecamatan Wonorejo Kabupaten Pasuruan
Oleh :
Rachmatul Amaliyah EkaPutri
(4A PGMI / D07213028)
A.
Latar
Belakang
Siswa dan siswi sekolah dasar
merupakan generasi generasi yang akan berperan aktif di masa depan oleh karena
itu, mereka membutuhkan keterampilan yang akan membantu mereka menjadi orang
yang berguna di masyarakat yang akan datang. Keterampilan berbicara merupakan
salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa dan siswi sekolah dasar,
karena keterampilan tersebut dibutuhkan dalam rangka berinteraksi dan
berkomunikasi pada lingkungan sosial . Kebutuhan anak di masa sekarang dan di
masa yang akan datang menunjukkan perlunya program pembelajaran yang dapat
membekali anak didik secara mandiri, cerdas, kritis, rasional, dan kreatif.
Terkait akan keterampilan berbicara
tersebut juga sangat berperan untuk pembelajaran aktif pada dewasa ini karena,
Pembelajaran pada dewasa ini tidak hanya kegiatan yang berupa guru menjelaskan
teori atau memberikan ulasan materi dan peserta didik sebagai pendengar setia.
Pembelajaran pada saat ini cenderung dengan pembelajaran yang kreatif, inovatif,
dan aktif. Guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif sehingga tidak hanya
menggunakan metode ceramah, selain itu siswa diharapkan dapat mendominasi kelas
dengan baik (student center) . Menurut Gegne dan Brigs pembelajaran
adalah suatu rangkaian (kejadian, peristiwa, dan kondisi) yang secara sengaja
dirancang untuk mempengaruhi peserta didik.[1]
Pembelajaran aktif secara sederhana didefinisikan sebagai metode pengajaran
yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran aktif
mengkondisikan agar siswa selalu melakukan pengalaman belajar yang bermakna dan
senantiasa berpikir tentang apa yang dapat dilakukan selama pembelajaran.[2]
Sebagaimana dari uraian Pembelajaran Aktif, maka keterampilan berbicara sangat
dibutuhkan.
Berbicara sendiri merupakan proses
berbahasa lisan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan, merefleksikan
pengalaman, dan berbagi informasi. Ide merupakan esensi dari apa yang kita
bicarakan dan kata kata adalah bentuk ekspresi. Oleh karena itu berbicara
merupakan proses yang kompleks karena melibatkan berpikir, bahasa, dan
keterampilan sosial.[3] Berbicara
membantu mereka menemukan pengalaman belajar dan penyerapan materi pembelajaran
dengan baik dari proses berinteraksi dan berkomunikasi. Sebagaimana hasil riset
dari National Training Laboratories di Bethel, Maine (1954), Amerika
Serikat menunjukkan bahwa dalam kelompok pembelajaran berbasis guru (teacher-center)
mulai dari ceramah, tugas membaca, presentasi guru dengan audiovisual dan
bahkan demonstrasi oleh guru peserta didik hanya dapat mengingat materi
pembelajaran maksimal sebesar 30%. Dalam pembelajaran dengan metode diskusi
yang tidak didominasi oleh guru (bukan diskusi kelas, Whole class discussion,
dan guru sebagai pemimpin diskusi), peserta didik hanya dapat mengingat
sebanyak 50%. Jika peserta didik diberi kesempatan melakukan sesuatu (doing
something) baik itu menyampaikan pengalaman atau berupa eksperimen mereka
dapat mengingat sebanyak 75%.[4]
Dari hasil riset tersebut dapat disimpulkan bahwa penyerapan peserta didik
terhadap materi dapat meningkat jika ia diberi kesempatan menyampaikan dan melakukannya.
Banyak sekali manfaat yang diperoleh dari keterampilan
berbicara siswa yang baik, itulah sebabnya keterampilan berbicara merupakan hal
penting yang perlu dikuasai siswa bahkan sejak sekolah dasar. Berbicara
merupakan salah satu pengembangan kemampuan anak dalam bidang bahasa tapi
sangat membantu peserta didik dalam proses mencari pengalaman belajar serta
proses pembelajaran aktif. Tetapi kenyataannya yang ada menunjukkan masih
banyak peserta didik yang belum mempunyai atau menguasai kemampuan berbicara yang
baik. Seperti yang terjadi pada siswa kelas IV SDI Alyasini, kemampuan untuk
aktif berbicara dalam kegiatan pembelajaran masih dinilai sangat kurang. Banyak
siswa yang belum mempunyai keberanian dalam berkomunikasi atau berbicara di
depan kelas.
Hal ini terlihat dari proses
pembelajaran, pembelajaran yang ada masih berpusat pada guru sehingga belum
menunjukkan tanda tanda siswa yang aktif. Misalnya dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia mengenai bercerita pengalaman dari 19 jumlah siswa, hanya ada 4 orang
siswa yang dapat berbicara di depan kelas untuk bercerita dengan lumayan baik.[5]
Kondisi ini menjadi masalah tersendiri bagi guru dalam kegiatan pembelajaran.
SDI Alyasini terletak di Desa
Areng-areng, Kecamatan Wonorejo, Kabupaten Pasuruan. SDI Alyasini yang baru
berdiri pada tahun 2000 yang tergabung dalam yayasan Pondok Pesantren Terpadu
Miftahul Ulum Alyasini ini sebenarnya belom memiliki fasilitas yang cukup
memadai. SDI Alyasini ini hanya mempunyai fasilitas berupa ruang kantor, ruang
kelas, dan perpustakaan kecil, selain itu tenaga pendidik kebanyakan berasal
dari santri lulusan pondok pesantren sendiri yang mengabdikan diri ikut
mengajar sambil melanjutkan kuliah di yayasan yang sama meskipun beberapa guru juga
merupakan lulusan dari Perguruan Tinggi Negeri.
Pada proses pembelajaran yang ada
pada kelas II rata rata guru masih menggunakan metode ceramah secara aktif
sehingga pembelajaran aktif dengan siswa yang diharapkan lebig aktif tidak
dapat terlihat dengan baik. Selain itu kurangnya inovasi dan media yang
digunakan oleh guru dalam pembelajaran menyebabkan pembelajaran kurang menarik
minat siswa dan kurang menyenangkan sehingga siswa cenderung jenuh. Tidak
adanya kegiatan atau strategi pembelajaran yang digunakan guru untuk merangsang
keaktifan siswa dalam berbicara seperti presentasi, performance, dan lain lain
juga menjadi penghambat dari kurangnya kemampuan siswa dalam berbicara,
meskipun beberapa guru juga menerapkan model pembelajaran berkelompok tetapi
hal tersebut tidak didampingi oleh guru secara maksimal sehingga kegiatan
tersebut tidak berpengaruh mendasar kepada siswa.
Menurut Sadjaah dan Sukarja ada tiga
faktor utama yang mempengaruhi kemampuan keterampilan berbicara anak, yaitu :[6]
1.
Faktor
psikologis
Faktor
ini menyangkut intelegensi, minat akan apa yang dilihat, dirasakan, dikehendaki
didengar, dan perlu dikemukakan kepada orang lain. Maka dari proses
pembelajaran yang dilakukan oleh SDI Alyasini kurang dapat menarik minat siswa
dan kurang dapat merangsang siswa untuk aktif berbicara dengan baik. Serta
kurangnya media pembelajaran yang digunakan guru padahal media merupakan unsur
penting dalam proses kegiatan pembelajaran untuk menarik perhatian siswa dan
memberikan stimulus yang memudahkan siswa dalam memahami materi yang diajarkan.[7]
2.
Faktor
fisiologis
Faktor
ini menyangkut ketajaman pendengaran, susunan saraf yang berfungsi dengan baik
untuk mengendalikan alat berbicara dan keadaan alat berbicara yang baik. Pada
faktor ini tidak ditemukan pada siswa di SDI Alyasini karena tidak ada siswa
yang berkebutuhan khusus.
3.
Faktor
lingkungan atau Internal
Faktor
ini menyangkut keterlibatan orang orang yang berbicara di lingkungan. Faktor
internal ini menyangkut keluarga keluarga, ketika di rumah, orangtuanya tidak
melatih anaknya untuk membaca. Padahal orangtua memiliki tanggung jawab
pendidikan terhadap anak, salah satunya adalah mendidiknya dengan berbagai ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi kehidupannya kelak, sehingga
bila ia telah dewasa mampu berdiri sendiri dan membantu orang lain. Pendidikan
adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Sekolah
hanyalah pembantu kelanjutan pendidikan dalam keluarga, sebab pendidikan yang
pertama dan utama diperoleh anak adalah dalam keluarga.
Untuk berusaha mengatasi permasalahan
diatas, diperlukan metode atau strategi yang tepat dalam proses pembelajaran. Maka
dari itu peneliti akan mencoba untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa
dengan menggunakan strategi Unjuk Tutur (Show and Tell).
Sebenarnya banyak metode dan strategi yang
bisa digunakan untuk meningkatkan kemampuan anak dalam aktif berbicara, namun
disini peneliti tetap memilih untuk menggunakan strategi Unjuk Tutur (Show
and Tell) karena melihat dari faktor masalah yang ada, Strategi ini
termasuk dalam pembelajaran aktif serta tidak membutuhkan media yang rumit dan
strategi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi anak secara
indvidual.[8]
Berdasarkan permasalahan di atas, menjadi pendorong utama bagi
peneliti untuk melakukan penelitian tentang “Meningkatkan Keterampilan
Berbicara Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia kelas IV dengan Penerapan
Strategi Unjuk Tutur (Show and Tell) di
SDI Alyasini Desa Areng Areng Kecamatan Wonorejo Kabupaten Pasuruan
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas ,maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.
Bagaimana
menerapkan strategi Unjuk Tutur (Show and Tell) pada siswa dan siswa kelas
IV SDI Al yasini Desa Areng – areng Kecamatan Wonorejo Kabupaten Pasuruan ?
2.
Bagaimana
hasil yang didapat dari penerapan Strategi Unjuk Tutur (Show and Tell)
pada siswa dan siswa kelas IV SDI Al yasini Desa Areng – areng Kecamatan
Wonorejo Kabupaten Pasuruan ?
C.
Tujuan
Maka dari rumusan masalah tersebut tujuan dari penelitian ini
adalah :
1.
Mengetahui
penerapan Strategi Unjuk Tutur (Show and Tell) pada siswa dan siswa pada
pembelajaran Bahasa Indonesia kelas IV di SDI Al yasini Desa Areng – areng
Kecamatan Wonorejo Kabupaten Pasuruan.
2.
Mengetahui
hasil penerapan dari Strategi Unjuk Tutur (Show and Tell) pada siswa dan
siswa pembelajaran Bahasa Indonesia kelas IV di SDI Al yasini Desa Areng –
areng Kecamatan Wonorejo Kabupaten Pasuruan
[1] Husamah, Desan
Pembelajaran berbasis kompetensi, (Jakarta : Prestasi Pustaka, 2013), hlm.
99.
[2] Yatim Riyanto,
Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta : Kencana Prenada Group, 2009), hlm. 27.
[3] Suryanto, Keterampilan
Berbicara : Dasar-dasar dan Teknik Pengajarannya, (Surakarta : Universitas
Sebelas Maret, 1983), hlm. 5
[4] Warsono, Pembelajaran
Aktif Teori dan Asesmen, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 12.
[5] Berdasarkan
hasil pengamatan pada SDI Alyasini kelas 2
[6] Suryanto, Keterampilan
Berbicara : Dasar-dasar dan Teknik Pengajarannya, (Surakarta : Universitas
Sebelas Maret, 1983), hlm. 11
[7] Utomo
Dananjaya, Media Pembelajaran Aktif, (Bandung : Nuansa cendekia, 2013),
hlm. 103
[8] Roy Watson, Strategi
Pengajaran Kreatif, (Jakarta : Esensi Erlangga Group, 2012), hlm. 58
Tidak ada komentar:
Posting Komentar