Rabu, 16 Desember 2015

Reward mencetak siswa yang pragmatis



Dalam dunia pendidikan kita sering kali mendengar kata “reward” dan “punishmen” atau hadiah dan hukuman. Dua konsep ini seringkali diaplikasikan oleh guru dalam pembelajaran sebagai bentuk apresiasi dari perbuatan siswa baik berupa reward atau hadiah dan hukuman atau punishmen. Yang akan saya bahas dalam tulisan ini adalah tentang pemberian reward kepada peserta didik. Apakah pemberian reward itu baik dilakukan kepada peserta didik ? maka jawabannya mari kita renungkan bersama.
Dalam kamus bahasa Inggris, reward diartikan sebagai ganjaran atau penghargaan (Echols,1992:485). Pengertian reward secara umum biasa diartikan sebagai hadiah yang diberikan atau didapatkan dengan mudah, misalnya kuis. Pengertian pemberian reward dalam pendidikan atau metode pembelajaran dimaksudkan sebagai sebuah penghargaan yang didapatkan melalui usaha keras anak melalui belajar, baik melaui kelompok maupun individu yang menghasilkan prestasi belajar.
Dari paparan pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa reward adalah hadiah atau ganjaran yang diberikan oleh guru sebagai bentuk apresiasi dari keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran. Reward bisa dalam bentuk apapun misalnya pujian, permen, score, dll. Yang menjadi masalah dalam pembelajaran seringkali guru memancing peserta didik agar turut aktif dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran dengan iming-iming pemberian hadiah, dan sebagainya. Hal ini sebenarnya sangat baik bahkan Rasulullah sendiri mencontohkannya kepada cucu-cucunya hasan dan husain, tetapi bagaimana jika pemberian reward tadi justru secara tidak langsung menjadikan peserta didik menjadi individu yang pragmatis ????
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar adalah segala sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan melihat kepada akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat secara praktis.[1] Dengan demikian, bukan kebenaran objektif dari pengetahuan yang penting melainkan bagaimana kegunaan praktis dari pengetahuan kepada individu-individu.
Secara sederhananya individu pragmatis adalah individu yang selalu melakukan segala hal dengan melihat kemanfaatan yang ada. Misalnya peserta didik akan sangat brsemangat menjawab tanya jawab dari guru ketika guru memberikan reward berupa permen atau nilai yang bagus. Atau peserta didik akan rajin mengerjakan tugas dengan harapan akan diberi hadiah, hal tersebut sebenarnya baik karena dapat memotivasi peserta didik tapi jangan lupa jika hal tersebut bisa berkelanjutan kepada peserta didik, mereka tidak akan mau turut aktif jika guru tidak memberikan reward serupa dan seterusnya akan tertanam dalam sikap peserta didik hingga dia menjadi individu dalam masyarakat. Lantas apa yang harus dilakukan oleh guru ??? apakah pemberian reward tidak boleh dilakukan?? Tentu saja tidak hanya saja dalam pemberian reward guru jangan lupa apa tujuan yang lebih penting dibalik pemberian reward tersebut. Terimakasih !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar